Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarrakatuh
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ. اللَّهُ الصَّمَدُ. لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ. وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ كفُواً أَحَدٌ
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Qul huwallâhu ahad. Allâhushshamad. Lam yalid wa lam yûlad. Walam yakun lahu kufuwan ahad
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
Rahasia Surat Al-Ikhlash
Surat pendek yang jatuh pada urutan ke-112 dari urutan surat-surat dalam
Al-Qur`an ini sangat populer di semua usia, termasuk anak-anak. Salah
satu poin yang menarik dari surat yang hanya berjumlah empat ayat ini
adalah karena meskipun namanya surat Al-Ikhlas, namun tak satu kata
”ikhlas” pun yang kita temukan di dalamnya.
Ini mengindikasikan bahwa ikhlas itu memang sangat abstrak, bahkan tidak
bisa dideteksi oleh alat detektor mana pun, termasuk oleh setan dan
iblis. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui perihal keikhlasan hati
seseorang. Siapa saja bisa mengatakan, ”Saya melakukannya dengan penuh
ketulusan.” Tidak pernah ada larangan untuk mengatakan dan mengungkapkan
kata-kata seperti itu. Namun, siapa yang akan mampu mendeteksi
kebenaran dari kata-kata tersebut, bila—misalnya—antara kata dan
perbuatannya berbeda.
Ketika azan berkumandang, pertanda waktu shalat telah tiba, orang-orang
berdatangan menuju masjid. Namun, siapakah yang menjamin bahwa setiap
yang datang melangkah ke masjid berniat semata-mata karena Allah? Bisa
jadi ada yang datang karena seusai shalat mau berjualan pada jamaah yang
shalat di masjid tersebut. Mungkin pula ada yang mau datang ke masjid
karena terikat janji pertemuan dengan temannya. Ada pula yang mau datang
karena seusai shalat ada pengajian, apalagi seusai pengajian disiapkan
santapan berupa kue-kue atau makanan lainnya yang tentu dibagikan secara
Cuma-cuma. Astaghfirullah, semoga kita tidak termasuk yang demikian
itu.
Idealnya, setiap gerakan dan perbuatan yang kita lakukan, hendaknya
dilakukan dengan niat yang penuh semata-mata karena Allah SWT. Mungkin
amat sulit dilakukan, terutama di zaman seperti saat ini, zaman ketika
pengaruh materialisme amat mengkristal. Namun, sesulit apa pun, tidak
berarti tidak bisa dilakukan. Memang perlu latihan yang kontinu,
kesabaran yang tak bertepi, ketekunan yang luar biasa dan tentu saja
”perjuangan”. Allah SWT berfirman,
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Yang
demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al-Bayyinah [98]: 5)
Kisah Al - Ikhlas
Marlina Hamidah, sarjana yang baru lulus dari salah satu perguruan
tinggi ternama di Jakarta benar-benar kecewa dan stres berat. Itu semua
karena teman-teman akrab yang diundangnya tak satu pun yang bisa hadir
pada saat acara “pesta kecil” yang sengaja ia adakan menjelang
perpisahannya. Pesta lajang istilahnya, karena tak lama lagi ia mau
mengakhiri masa lajangnya.
Bambang Budianto benar-benar kecewa dan stres berat, bahkan nyaris gila
karena orang yang dipercaya untuk meluluskan dan memuluskan prosesnya
mendapatkan status Pegawai Negeri Sipil yang telah menerima bayaran
Bambang tidak kurang dari 35 juta rupiah, ternyata berkhianat. Uangnya
habis, dirinya tetap saja tidak menjadi PNS.
Malik juga tak kalah stres dan kecewa lantaran dikibulin oknum polisi
yang berjanji meluluskannya untuk memperoleh SIM C. Pada saat memproses
secara prosedural untuk memperoleh SIM C tersebut, ternyata ia
dinyatakan tidak lulus. Padahal, ilmu mengendarainya sudah sangat hebat.
Kok, tiba-tiba muncul sang oknum tersebut menawarkan jasa lewat jalan
pintas. Malangnya, meski telah mengikuti tawaran sang oknum, ternyata ia
tidak lulus juga.
Inilah rahasia surat Al-Ikhlas. Lakukan segalanya sepenuh hati,
sepenuh jiwa hanya untuk Allah SWT semata. Hanya Dialah Zat Yang
Mahasempurna, Mahapantas untuk menerima curahan hati dan doa-doa kita.
Dia-lah Zat dengan 99 Al-Asmaul Husna-Nya. Kita bisa ketuk, kita dapat
memanggil dengan menyebut nama-Nya yang kita perlukan, sesuai kebutuhan
kita.
Keutamaan Surat Al-Ikhlas
1. Rasulullah SAW bersabda: ...
”Barangsiapa yang membaca surat Al-Ikhlash tiga kali, ia seperti
membaca seluruh Al-Qur’an.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5: 702).
2. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang melewati kuburan dan membaca surat Al-Ikhlash sebelas
kali, kemudian ia menghadiahkan pahalanya kepada penghuni kubur, Allah
SWT memberikan pahala padanya sejumlah penghuni kubur.” (Tafsir Nur
Ats-Tsaqalayn 5: 702).
3.Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Barangsiapa yang membaca surat Al-Ikhlash sebelas kali sesudah shalat
Subuh, maka pada hari itu ia tidak akan ditakutkan oleh dosa walaupun
setan berusaha keras untuk menggodanya.” (Mafatihul Jinan: 77).
4.Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata:
“Aku mimpi melihat Hidhir (as) pada malam besoknya perang Badar. Aku
berkata padanya: ajarkan padaku sesuatu yang dapat menolongku dari
musuh-musuhku. Hidhir (as) berkata: bacalah: Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ
Huwa. Pagi harinya aku ceritakan kepada Rasulullah SAW. Kemudian beliau
bersabda: “Wahai Ali, engkau telah mengetahui Ismul A’zham (nama Allah
yang paling agung).”
Kemudian Ismul A’zham itu mengalir di lisanku pada hari perang Badar.
Perawi hadis ini mengatakan: Imam Ali (sa) membaca surat Al-Ikhlash
kemudian membaca:
يَا هُوَ يَا مَنْ لاَ هُوَ اِلاَّ هُوَ، اِغْفِرْلِي وَانْصُرْنِي عَلَى الْكَافِرِيْنَ
Yâ Huwa yâ Man lâ huwa illâ Huwa, ighfirlî wanshurnî ‘alal kâfirîn.
Wahai Dia yang tiada dia kecuali Dia, ampuni aku dan tolonglah aku
menghadapi orang-orang kafir. (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5: 700)
5. Imam Ja`far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan
tinggalkan membaca surat Al-Ikhlash sesudah shalat fardhu, karena orang
yang membacanya Allah akan menggabungkan baginya kebaikan dunia dan
akhirat, mengampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya serta dosa
anaknya”. (Mafatihul Jinan 478)
6. Imam Musa Al-Kazhim (sa)1) berkata:
“Sangatlah banyak keutamaan bagi anak kecil jika dibacakan padanya surat
Al-Falaq (3 kali), surat An-Nas (3 kali), dan surat Al-Ikhlash (100
kali), jika tidak mampu (50 kali). Jika dengan bacaan itu ia ingin
mendapat penjagaan, ia akan terjaga sampai hari wafatnya.” (Mafatihul
Jinan: 479)
__________
1) Imam Musa Al-Kazhim (sa) adalah putera Ja’far Ash-Shadiq bin
Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husein bin Fatimah puteri
Rasulullah SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar